Lampung77.com – Tanah kuburan yang tiba-tiba menggelembung membuat heboh warga di Korong atau Kampung Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Kuburan itu juga diketahui semakin meninggi dibanding yang lain. Tanah di kuburan tersebut meninggi hingga 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter. Kuburan lama tanpa identitas itu ikut serta membawa naik tiga pusara lainnya.
Video tentang kuburan yang tiba-tiba menggelembung dan meninggi itu juga beredar luas di media sosial (medsos). Banyak orang yang datang ke lokasi untuk melihat langsung kejadian itu.
Saat ini, pihak pemerintah kampung telah memasang tali sebagai pagar sementara di sekitar area kuburan untuk menghindari terjadinya perusakan.
Warga setempat menduga makam tersebut sudah lama ada. Hal itu lantaran tidak ada nama pada nisan kuburan itu.
“Siapa yang dimakamkan di sana, itu belum ada yang tahu, karena kuburannya sudah lama dan tidak ada nama di batu nisannya. Tapi itu kuburan kaum suku Panyalai,” kata Wali Korong Sungai Asam, Anuar, seperti dilansir Detikcom, Sabtu (27/3/2021).
Kuburan itu terletak di Korong Sungai Asam, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pemerintah daerah, ulama, serta tokoh adat telah bertemu membahas peristiwa itu.
“Pertemuan itu menghasilkan sejumlah kesepakatan. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada pihak kaum untuk mencari kepastian siapa yang makamnya meninggi tersebut. Mudah-mudahan dalam pekan depan sudah ada kejelasan,” ujar Anuar.
Selain itu, makam itu akan dijaga bersama agar tak terjadi perbuatan yang melanggar hukum ataupun agama oleh warga. Dia mengatakan tak boleh ada pungutan liar terhadap para peziarah.
Baca Juga: Sosok Misterius Wanita Berbaju Hitam Sebelum Dua Bocah Tewas Tenggelam di Lampung
Tiba-tiba Meninggi
Kuburan yang berada di area permakaman umum itu disebut tiba-tiba meninggi. “Iya. Tiba-tiba saja, tanahnya naik. Terus meninggi, sehingga mengagetkan kami warga di sini,” kata Wali Korong Sungai Asam, Anuar.
Ia mengaku tidak mengetahui persis sejak kapan kuburan tersebut meninggi. Ia menyebut tidak ada tanda-tanda bahwa kuburan itu memang sengaja dibuat tinggi. Batu nisan tidak rusak sama sekali, melainkan ikut naik.
“Yang jelas sekarang itu tingginya sudah mencapai satu setengah meter, dengan lebar dan panjang sekitar tiga hingga tiga setengah meter. Yang naik juga hanya kuburan di situ. Kuburan yang bersebelahan, normal seperti biasa,” ujar Anuar.
Meningginya kuburan itu membuat 3 makam di sekitarnya terdampak sehingga makam itu ikut meninggi. “Banyak kuburan di sana. Salah satu adalah yang tanahnya meninggi itu. Tidak ada nama di batu nisannya. Meningginya tanah kuburan itu ikut membawa tiga pusara lainnya yang ada di sekitar. Jadi, ikut tinggi juga,” kata Anuar.
Anuar menyebut tinggi kuburan itu terus bertambah dan kini mencapai 1,5 meter dengan diameter 3-3,5 meter.
“Dalam 15 hari terakhir, tingginya semakin bertambah. Dulu memang agak tinggi juga jika dibanding (kuburan) yang lain, tapi tidak seperti sekarang. Sekarang sudah semakin bertambah,” ujarnya.
“Kita bersama alim ulama memasang tali sebagai pagar sementara untuk menghindari warga yang berkunjung masuk atau menginjak kuburan,” kata Anuar.
Baca Juga: Polisi Ungkap Alasan Pelaku Bawa Kepala Ayah yang Dipenggal Keliling Kampung
Kata Ahli Geologi
Masih seperti diberitakan Detikcom, Ahli geologi, Ade Edwar, mengatakan fenomena yang terjadi di Kabupaten Padang Pariaman tersebut perlu dipastikan alamiah atau bikinan oknum tertentu untuk membuat sensasi.
“Perlu dipastikan dulu apakah fenomena ini memang alamiah, karena bisa saja ini dibikin oknum tertentu untuk membuat sensasi,” kata Ade Edward, Jumat (26/3/2021).
Meski demikian, Ade menyatakan tanah yang tiba-tiba meninggi atau yang dikenal dengan ‘tanah tumbuh’ itu sering terjadi.
“Sepanjang patahan Sumatera, banyak ‘tanah tumbuh’ ini, namanya diapir. Diapir adalah penerobosan (intrusi) batuan karena perbedaan tekanan dan bouyancy. Penerobosan biasanya vertikal melibatkan batuan berdensitas rendah yang relatif mobile menerobos batuan berdensitas lebih tinggi, biasanya melalui rekahan (fracture). Diapir ini bisa di mana saja terjadi,” katanya.
“Disamping fenomenologi diapir, hal lain bisa juga karena adanya patahan, seperti kejadian di pinggir jalan di Lubuk Selasih sebelum Mapolres Solok beberapa waktu lalu, di mana tanah daerah tersebut juga naik terus akibat tekanan dari patahan Sumatera,” tambah dia.
Baca Juga: Kecelakaan dan Cerita Mistis di Tanjakan Tarahan Lampung
(AD-L2)